Senin, 21 Januari 2013

“Jangan Salahkan Kami (Jakarta Punya Kami Juga)”



Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia dengan segala problematika kehidupannya menjadikan semua tumpah ruah dikota tercinta ini, tidak terkecuali dengan urusan yang namanya sepakbola. Yang namanya sudah ngomongin masalah sepakbola memang tidak ada habisnya, dan selalu menarik diperbincangkan. PERSIJA JAKARTA, klub yang katanya kebanggaan Jakarta kenapa dalam kenyataannya selalu mendapat hal – hal yang tidak diinginkan, terlalu banyak intrik, terlalu banyak kepentingan, terlalu banyak omongan yang akhirnya bertujuan malah menjelek – jelekan nama PERSIJA sendiri.
Saya coba menulis dengan apa yang saya dengar, saya lihat dan saya rasa selama ini bukan bermaksud sok tau dan menggurui tapi mungkin semua yang membaca tulisan ini secara tidak langsung mengiyakan apa yang ada didalam tulisan ini.
Saya coba mulai dengan masalah perizinan mengelar pertandingan sepakbola di Jakarta buat PERSIJA, susahnya keluar surat sakti dari kepolisian untuk izin pertandingan, ada saja alasannya, situasi kota Jakarta yang tidak kondusif lah, adanya kegiatan politik lah, dihubung – hubungkan dengan teroris lah, supporter rusuh lah, toh memang dalam setiap pertandingan adanya gesekan – gesekan wajar terjadi, dengan keadaan berkumpulnya ribuan bahkan puluhan ribu massa dalam satu titik konsentrasi, tinggal bagaimana kita menyikapinya tanpa mengesampingkan segala alasan – alasan yang diutarakan bukannya tugas kepolisian memang mengamankan setiap ada kegiatan keramaian.
Coba bandingkan dengan izin melakukan demonstrasi yang notabene mengerahkan sejumlah massa yang tidak sedikit dan cenderung lebih berpotensi kerusuhan, bandingkan pula dengan mudahnya izin acara hiburan musik atau acara keagamaan, toh semuanya sama-sama menghadirkan massa yang tidak sedikit di suatu titik konsentrasi acara itu berlangsung. Apakah dalam mengurus surat perizinan itu PERSIJA dalam hal ini Panpel tidak mengeluarkan uang sehingga sulit sekali untuk mendapatkan surat tersebut, saya rasa tidak, panpel pasti sudah mengikuti aturan main yang sesuai jalurnya dalam mengurus izin pertandingan.
Tidak jarang dengan adanya pelarangan dan tidak dikeluarkannya izin pertandingan, PERSIJA harus menggelar pertandingannya tanpa penonton, bahkan harus menjadi team musafir padahal PERSIJA butuh dukungan kami,Karena kamilah semangat pemain – pemain PERSIJA bisa naik dan PERSIJA JAKARTA ya klub asal Jakarta seharusnya bermain di Jakarta bukan “diusir” di kota lain, selain itu bahkan ada yang lebih parah PERSIJA harus menanggung kekalahan Walk Out (WO) gara – gara tidak mendapatkan izin dari kepolisian, APAKAH ITU ADIL?
Setelah izin didapat ada lagi permasalahan – permasalahan mendasar yang pastinya hampir disetiap pertandingan sepakbola di negeri ini terjadi, masalah klise naik – naik diatas metro mini ataupun kendaraan bis yang membawa suporter ke stadion, jujur pribadi saya juga tidak begitu suka dengan perilaku tersebut, yang saya khawatirin dari naik – naik di atas ada yang jatuh dan bisa jadi korban. Tapi yang saya sesali kenapa tidak ada aturan baku dalam hal tersebut, dan tidak digunakannya helm oleh suporter yang membawa motor ketika datang ke stadion untuk mendukung teamnya berlaga yang disalahkan, sebagai perbandingan dengan fakta – fakta yang ada kalo naik – naik diatas kendaraan, massa demopun baik mahasiswa maupun kelompok masyarakat lainpun naik – naik diatas bis, lalu setiap ada acara keagamaan mereka juga malah lebih parah dengan tidak menggunakan helm sama sekali bahkan naik motor dengan berboncengan 3 orang tanpa menggunakan helm sama sekali bukankah pelanggarannya sama tapi kenapa yang terjadi perbuatan itu tidak di ekspose dan di tindak oleh Polisi.
Dan masih banyak lagi contoh contoh kasus lain yang selalu PERSIJA dirugikan, serta beberapa kasus yang sebenarnya peraturan itu dibuat oleh otorita tertinggi sepakbloa negeri ini tapi entah kenapa mereka pula yang melangggar semua peraturan - peraturan tersebut. Dan bukan menjadi rahasia umum lagi kalau didalam tubuh PSSI selaku pemegang kekuasan sepakbola negeri ini penuh dengan kebobrokan, diselimuti dengan mafia – mafia yang bisa beres dengan uang yang tidak kunjung selesai apabila tidak segera di lakukan perubahan – perubahan yang mendasar.
Masalah selanjutnya mungkin bisa menjadi pamungkas dalam tulisan saya kali ini adalah peran media dalam pemberitaan seputar yang berkaitan dengan PERSIJA. Ambil contoh untuk kasus – kasus kerusuhan entah kenapa berita – berita yang disajikan pasti sangat heboh, yang cukup menggelitik dimana posisi pencari berita sepertinya seakan sudah stand-by dilokasi yang kiranya bakal ada kerusuhan yang terjadi. Tetapi ajaib bin aneh berita – berita yang baik – baik tentang PERSIJA tidak pernah disamakan porsinya dengan berita – berita kerusuhan yang selalu menjadi headline di berbagai media yang ada. Memang diakui atau tidak disadari atau tidak berita – berita tentang PERSIJA memang selalu menarik untuk dibuat dan diberitakan apalagi yang bersinggungan dengan kerusuhan paling senang deh media.
Seharusnya media bisa berperan secara seimbang, toh dengan tidak hanya memberitakan berita – berita buruk tentang PERSIJA asal ada berita PERSIJA-nya saya rasa banyak orang yang tertarik buat melihat dan membaca berita – berita tersebut. Diakui atau tidak PERSIJA memang selalu menjadi pusat perhatian orang banyak, tidak hanya menjadi kebanggaan masayarakat Jakarta tapi sudah menjadi kebanggan masayarakat Indonesia, itu bisa dilihat dengan makin banyaknya pecinta PERSIJA dari luar Jakarta.
Yang perlu saya garis bawahi saat ini adalah, mau seperti apapun berita yang ada di media saat ini tentang Persija, mau gimanapun dicuranginnya Persija dalam kompetisi ini, bagi saya PERSIJA kebangaan saya, siapa lagi yang mau banggain Persija kalo tidak dimulai dari diri kita sendiri.